Kamis, 31 Januari 2013

Jihad dalam Agama Hindu=Perang membela Dharma

Dalam Agama Hindu tidak dikenal istilah Jihad. Tetapi Perang membela kebenaran diwajibkan dalam kitab-kitab Weda. Sloka-sloka atau mantra-mantra Perang didalam kitab-kitab weda bukan dimaksudkan untuk menyebarkan agama atau meniadakan keyakinan agama lain atau memerangi agama lain, tetapi perang dalam pengertian Hindu adalah perang membela Dharma (kebenaran) dari penindasan  kaum Adharma (=pengikut Raksasa = setan ?)

Ciri-ciri pengikut raksasa=Setan ? diantaranya

1. Suka merusak tempat-tempat tempat suci pemujaan Hyang Widdhi
2. Menindas pengikut-pengikut Para Dewa dan pemuja Hyang Widdhi
3. Musuh nya para Dewa
4. Menyebarkan teror kepada para dewa dan pengikut-pengikutnya
5. Melarang umat manusia menyembah  Hyang Widdhi/Tuhan YME

Yang dapat dikategorikan penindasan terhadap Dharma diantaranya :

      1.     Dipaksa untuk meninggalkan kitab Weda (agama Hindu)  
      2.     Perusakan terhadap tempat Ibadah Agama Hindu dan kitab suci agama Hindu
      3.     Tidak diijinkan menjalankan ibadah agama Hindu
      4.     Perampasan/penjarahan harta-benda secara beramai-ramai dengan alasan   agama/keyakinan  berbeda.

Apabila  penindasan Dharma  oleh kaum Adharma merajarela, maka umat  Hindu wajib mempertahankan dan membela diri. Karena mereka yang meninggal dalam perang membela Dharma/kebenaran akan langsung masuk sorga, tanpa perlu lagi di-aben.  Swargadwaram apawritam, pintu sorga terbuka lebar baginya, demikian sabda Sri Krisna dalam Bagawad Gita. 

Bahwa semua yang hidup, kematian itu pasti. Semua manusia suatu saat pasti akan meninggal. Ada beberapa cara manusia meninggal diantaranya :

     1.     Usia tua
     2.     Penyakit
     3.     Kecelakaan
     4.     Bunuh diri
     5.     Dibunuh
     6.     Perkelahian
     7.     Peperangan

Mati yang dijamin oleh Hyang Widdhi langsung masuk sorga,  adalah mati dalam perang membela Dharma/kebenaran atau mati dalam membela Negara, termasuk membela keyakinan agama. 
Sedangkan kematian karena sebab diluar Peperangan, cara  mencapai Sorga-nya ditentukan oleh  : Karma dan Bhakti-nya kepada Hyang Widdhi selama Hidup di dunia. Oleh karena itu pada saat terjadi perang, janganlah  sia-siakan kesempatan masuk sorga yaitu dengan cara berperang membela Dharma  dan tidak lari dari perang. Tetapi tidak dibenarkan juga mencari-cari alasan untuk berperang.

Sebab-sebab terjadinya Perang
     1.     Segala upaya perdamaian mencapai jalan buntu atau kegagalan
     2.     Diusir secara paksa dari tanah kelahiran atau negara kelahiran
     3.     Dipaksa meninggalkan keyakinan agama
     4.     Penjarahan Harta benda dan properti  beramai-ramai atas nama keyakinan agama lain atau oleh negara lain.
      5.     Dan sebab lain yang tidak bisa dicapai dengan perdamaian

Syarat-syarat Perang Suci:

1.  Diumumkan oleh pemimpin tertinggi agamanya dan pempimpin negaranya.
2.  Dibunyikannya genderang perang sebagai permakluman/pengumuman  seperti misalnya :  Kulkulbulus/lonceng perang /terompet perang
      3.  Bersembahyang sebelum perang suci
      4.   Memakai pakaian suci
      5.   Dalam keadaan darurat, misalnya tanpa pemberitahuan kita diserang, secara beramai-ramai dan penyerang merusak tempat suci agama Hindu (Pura/Kuil), maka syarat diatas tidak berlaku, dan langsung masuk kategori perang suci. Karena  merusak tempat ibadah (tempat suci)  hanya dilakukan oleh musuhnya para Dewa yaitu : para Raksasa (=Setan ? ) dan Pengikutnya.  Sehingga mempertahankan tempat suci merupakan kewajiban suci.


Kewajiban Perang bagi Ksatriya

Bagi para Ksatrya,  sangat beruntung diberi kesempatan berperang membela kebenaran atau keyakinan  karena tanpa menunggu begitu lama dan biaya besar,  pintu sorga telah dibuka lebar-lebar baginya.

Mereka yang disebut ksatiya adalah mereka yang memperlihatkan ciri-ciri Ksatrya seperti disebutkan dalam BG.XVIII.43 yaitu : Sauryam = heroisme/ pemberani.  Tejo  = lincah. Dhritir = teguh . Daksyam = pandai menyelesaikan tugas,  Yuddhe = siap bertempur. Apalayamam =  tidak pengecut Dana = dermawan.  Iswarabhawa = bersifat memimpin/ berwibawa.

MANTRA-MANTRA ATAU SELOKA-SELOKA YANG MEMERINTAHKAN KEWAJIBAN BERPERANG MEMBELA DHARMA

Ma bher ma samvikthah, urjam dhatsva

Artinya
Wahai umat manusia, janganlah takut ataupun gentar, beranilah  (yayurveda VI.35)

Dehi nityam awadhyo ‘yam,  Dehe sarwasy bharat,  Tasmat sarwani bhutani,  Na twam socitum arhasi( BG. II.30)

Artinya :
Penghuni badan tiap orang tidak dapat dibunuh, karenanya jangan bersedih atas kematian mahluk apapun.

Swadarmam api ca’weksya, na wikampitum arhasi, dharmyad dhi yudhhac chreyo’nyat, ksatriyasya na widyate.(BG. II.31)

Artinya :
Lagipula berperang membela Dharma (kebenaran)  dengan menyadari akan kewajiban masing-masing, engkau tidak boleh gentar, bagi ksatriya tidak ada kebahagiaan lebih besar dari pada berperang membela dharma (kebenaran).

Yadricchaya ca papannam, swargadwaram apawritam, sukhinah ksatriyah partha, labhante yuddham idrisam. ( BG.II.32)

Artinya :
Berbahagialah para ksatriya yang sejati, dapat kesempatan untuk berperang, dalam hal seperti ini, bagi mereka pintu sorga telah terbuka lebar

Atha cet twam imam dharmyam, samgramam na karisyasi, tatah swadharmam kirtim ca, hitwa papam awapyasi (BG.II.33)

Artinya :
Akhirnya bila engkau tidak berperang (membela dharma), sebagaimana kewajiban, dengan meninggalkan (lari dari) kewajiban dan kehormatanmu, maka penderitaan yang akan kau peroleh

Bhayad ranad uparatam, mamsyante twam maharathan, yesam ca twam bahumato, bhutwa yasyasi laghawam. ( BG. II.35)

Artinya
Para Maharatha akan menganggap engkau pengecut, karena lari dari perang, dan mereka yang pernah mengagumimu dengan penuh kehormatan akan merendahkan engkau dengan hinaan.

Awacyawadamsca bahun, wadisyanti tawa’ haitah, nindantas tawa samarthyam, tato dukhataram nu kim (BG. II.36)

Artinya
Mereka yang menentangnu akan melontarkan caci maki, merendahkan kemampuanmu, dengan menjelekkan dan menghina kekuatanmu, adakah yang lebih sedih dari itu )

Hato wa prapsyasi swargam, jitwa wa bhoksyase mahim, tasmad uttisma kaunteya, yuddhaya kritaniscayah (BG.II.37)

Artinya :
Dengan kematian itu (dalam perang) engkau memperoleh sorga, atau kalau menang engkau akan menikmati kebahagiaan dunia, oleh karena itu bangkitlah  bulatkan tekad untuk bertempur. 

Mayi sarwani karmani, samnyasya’ dhyatmacetasa,nirasir nirmamo bhutwa, yudhyaswa wigatajwarah (BG.III.30)

Artinya
Tunjukkan semua kerjamu kapada-Ku, Pusatkan pikiranmu kepada-Ku, bebaskan dari segala nafsu keinginan, berperanglah, enyahkan rasa gentarmu

Ati dhavata atisara, indrasya vacasa hata, avim vrka iva mathnita, sa vo jivan ma moci ( yayurveda V.8.4)  

artinya
Ya para pelopor, burulah para lawan, Bantailah musuh-musuh sesuai perintah Hyang Indra. Remukkan para lawan, seperti serigala membantai biri-biri. Tanpa mengecualikan satupun yang hidup.


Kesimpulannya :

Tidak ada alasan bagi umat Hindu terutama kaum Ksatriya untuk tidak mau berperang dan lari dari tanggung jawab membela Dharma 

Sabtu, 19 Januari 2013

EMPAT TIPE KEPRIBADIAN MANUSIA

Oleh : dr. ING. Mudiarcana
       Alumnus FK-UGM angkatan th. 1982

Menurut Kitab Weda ada empat (4) tipe kepribadian manusia, ke empat tipe kepribadian manusia itu disebut CATUR WARNA. Ke empat Tipe kepribadian manusia itu terbentuk oleh interaksi dinamis triguna karma.  Seperti disebutkan dalam  BG.  IV.13 :    Chatur Varnyam maya srishtam  guna  karma  vibhagasah artinya:  catur warna(empat tipe kepribadian manusia)  adalah ciptaanku bardasarkan guna karma yang melekat padanya.

Triguna sebagai dasar pembentuk Empat Tipe Kepribadian manusia (Catur Warna) terdiri dari Satwam, Rajas dan Tamas.  BG.XIV.5, menyebutkan : Sattwam Rajas Tamas iti Guna Prakritisamdhawah artinya :  Satwan rajas tamas merupakan sifat bawaan yang terlahir dari prakirti.

Selanjutnya Bagawad Gita  menyebutkan sebagai berikut :

Ciri-ciri Satwam (BG.XIV.6) :

Nirmalawat = Sifat yang tidak tercela.
Prakasakam   Bercahaya
Anamayam   tidak mengenal sedih/menderita
Sukhasangena  =  selalu memberi rasa senang
Jnanasangena  =  memberikan ilmu pengetahuan
Anagha   tidak tercela

Ciri-ciri Rajas (BG.XIV.7) :

Raga = nafsu,
Atmakam = sendiri,
Trsna = nafsu birahi,
Sanga = terikat,
Karmasangena = terikat oleh karma.
Dahinam = Jasad Rohani.

Ciri-ciri Tamas (BG.XIV.8) :

Ajnanam  tidak berpengetahuan,
Mohanam = kebingungan,
Pramada = tidak peduli/hirau/masa bodo.
Lasya =  malas, 
Nibrabhis = ketiduran/malas ,
Nidra = tidur,

Satwam menghubungkan seseorang kedalam kebahagiaan, Rajas menghubungkan orang dalam perbuatan/karma, sedangkan Tamas menutup pengetahuan sehingga menjadi kurang waspada. (BG.XIV.9).

Selanjutnya Bagawad Gita XIV.11-13, menyebutkan apabila badan ini didominasi oleh Satwam maka Ilmu pengetahuannya menembus didalam badan melalui semua pintu.  Apabila didominasi oleh Rajas maka perilaku yang tampak adalah Lobham = Loba, giat dalam usaha, Prawrttir = Kegiatan kerja duniawi.Arambah = giat berusaha.Sprha = kemauan kuat.  Sedangkan apabila Badan ini didominasi oleh Tamas maka akan tampak  : Aprakaso = kekurangan cerah/tdk bersinar, Aprawrtti = malas.  Pramada = tidak peduli/teledor. Moha = bingung, Nidralasya = suka tidur, Mohanam atmanam = kesesatan jiwa

Catur warna dalam Agama Hindu sangat terbuka. BG.XVIII.41. menyebutkan : Brahmana ksatrya wisam sudranam ca parantapa, karmani prawibhaktani swabhwaprabhawir  gunah. Artinya:  Brahmana Ksatrya Wesya dan Sudra perilakunya (kepribadiannya) dibentuk oleh sifat bawaan  (triguna).

Ke Empat Tipe Kepribadian Manusia tersebut terdiri dari :

1.      Tipe Kepribadian Brahmana dengan ciri-ciri sebagai berikut  :

Samo = khusuk/tenang,
Damas = menguasai panca indra/mampu mengendalikan diri.
Tapah = mampu mengendalikan nafsu
Saucam  suci.
Arjawa = luhur budinya.
Ksanti = damai/tenang,
Jnanam = berpengetahuan.
Wijnanam = bijaksana/berpengalaman.
Astikyam   religius.

2.      Tipe Kepribadian Ksatrya dengan ciri-ciri sebagai berikut :

 Sauryam = heroisme/pemberani.
 Tejo  = lincah.
 Dhritir = teguh .
Daksyam = pandai menyelesaikan tugas,
Yuddhe = siap bertempur.
Apalayamam =  tidak pengecut.
Dana = dermawan.
Iswarabhawa = bersifat memimpin/ berwibawa.

3.      Tipe kepribadian Wesya dengan ciri-ciri sebagai berikut :

Krsi =  mengusahakan pertanian.
Gauraksya =   memelihara lembu/berternak. 
Wanijyam = berdagang.

4.      Tipe kepribadian Sudra dengan ciri-ciri sebagai berikut :,
 Paricaryatmakam =  suka melayani

Yayur Weda XXX.5 menyebutkan :  Brahmane brahmanam, Ksatraya rajanam, marudbhyo vaisyam, tapase sudram  artinya :  Brahmana untuk pengetahuan, Ksatrya untuk perlindungan, Waisya untuk perdagangan, dan Sudra untuk pekerjaan jasmaniah.

Maksud dari mantra tersebut seorang yang mempunyai tipe kepribadian Brahmana sangat cocok untuk melakukan pekerjaan berkaitan dengan ilmu pengetahuan seperti guru/acarya, rohaniawan maupun pendeta. Sedangkan yang mempunyai tipe kepribadian Ksatriya, lebih cocok untuk berprofesi sebagai yang melindungi seperti; Prajurit/tentara, Raja-raja, Pejabat pemerintahan. Sedang  mereka yang bertipe kepribadian Wesya lebih cocok kalau perkerja sebagai Pedagang atau Pengusaha, Peternak atau Petani . Sedangkan  mereka yang mempunyai tipe kepribadian Sudra lebih cocok berprofesi sebagai pegawai gajian yang lebih banyak menggunakan tenaga fisiknya dari pada kemampuan intelektualnya,  seperti buruh atau Pegawai/karyawan yang tidak menentukan kebijakan, karena tipe kepribadian Sudra lebih suka mengerjakan pekerjaan fisik/suka melayani

Dengan mengetahui tipe kepribadian seseorang sangat membantu untuk kemajuan dalam memilih profesi. Dengan demikian Agama Hindu sudah  sangat maju dalam bidang Ilmu Psikologi. Tentu Profesi ini tidak menetap, tergantung proses belajar dan lingkungan yang mempengaruhinya.

Daftar Kepustakaan
1.       Pudja G :Bagawad gita : lembaga peneliti dan pengembangan Weda, Maya Sari Jkt 1985/1986
2.       R.B. Cattel :Personality and Mood by Questionare;  dlm Organissi jilid 1; Gibson dkk,Erlangga, Jkt..1989 
3.  Mudiarcana,ING. “Kepribadian Hindu dan Pembangunan Masa Depan”. Dalam , Cendekiawan Hindu Bicara. Putu Setia ( ed ) Yayasan Dharma Narada hal 70-87. Denpasar 1992


Dr.ING.Mudiarcana. 
Mantan Seretaris Jenderal DPP Pemuda Hindu Indonesia  2000-2005  
dipersilahkan mengcopy atau memperbanyak artikel ini asalkan menyertakan sumbernya/link....>.