Jumat, 01 Maret 2013

Meninggalkan Weda=Meninggalkan Agama Hindu

Oleh : Guli Mudiarcana



Pindah agama meninggalkan agama Hindu untuk mencari Tuhan lain sangat dilarang. Mereka yang meninggalkan agama Hindu,  mereka disesatkan oleh pemikiran sesat kaum Raksasa dan Setan (asura) yang mengelirukannya. Imbalan bagi orang yang pindah agama meninggalkan agama Hindu adalah tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan Sorga atau Moksa



Pindah agama kadang disebabkan oleh ketidak perdulian orang tua terhadap anak gadisnya. Prinsip wanita ikut suami atau Predana ikut Purusa sering disalah artikan dengan membiarkan anak gadisnya ikut laki-laki manapun termasuk ikut Raksasa atau setan (asura) yang menipu umat manusia, termasuk  membiarkan anak gadisnya ikut agama suaminya.



Yang dimaksud Predana ikut Purusa adalah dalam kontek masih satu Agama yaitu Agama Hindu. Yang dimaksud Istri harus ikut suami bukan ikut agama suami. Atau membiarkan anak gadis kita ikuti menjadi Raksasa atau Asura (setan), melainkan terbatas pada ikut adat istiadat keluarga suami yang masih berdasarkan atas Dharma (agama Hindu).



Misalnya seorang perempuan dari Buleleng, diambil istri oleh lelaki dari Badung, maka sang istri wajib ikut adat istiadat suaminya yang dari Badung. Tetapi kalau lelakinya ternyata bukan beragama Hindu, maka dilarang bagi si Wanita meninggalkan Agama Hindu seperti sabda Hyang Widdhi berikut:



Yah sastrawiddim utsrijya, wartate kamakaratah, na sa siddhim awapnoti, na sukham na param gatim. (BG.XVI.23)



Artinya

Mereka yang meninggalkan Weda (Yah sastrawiddhimUtsrijya), mereka dipengaruhi oleh nafsu duniawi, tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tidak pernah bisa mencapai tujuan tertinggi (Sorga atau Moksa)



Dan mengajak sang suami untuk mengikuti jalan Weda (ikut Agama Hindu)  seperti mantra berikut :



Yathemam vacam kalyanim avadani janebhyah, Brahma rajanyabhyam sudraya caryaya ca svaya caranaya ca (Yayurveda XXVI.2)



Artinya :

Hendaknya wartakan sabda suci ini kepada seluruh umat manusia, baik kepada para Brahmana, para raja-raja maupun kepada masyarakat pedagang, petani dan nelayan serta para buruh, kepada orang-orangku maupun orang asing sekalipun

Hyang Widdhi memerintahkan umat Hindu untuk menyebarkan ajaran Hindu kepada seluruh umat manusia. Seandainya ada Wanita Hindu menikah dengan laki-laki bukan beragama Hindu, maka kewajiban si Wanita untuk mengajak atau mengajari laki-lakinya (suaminya) agama Hindu seperti sabda Hyang Widdhi tersebut diatas.



PINDAH AGAMA SERING TERJADI  KARENA PEMAHAMAN YANG KELIRU ATAU SENGAJA DIKELIRUKAN OLEH KAUM ADHARMA



Mereka yang dikendalikan oleh nafsu karena pengetahuannya yang salah/keliru, pergi ketempat pemujaan dewa-dewa lain ( selain dewa-dewa Hindu=pergi ke agama lain mencari tuhan lain dan  meninggalkan agama Hindu. Red. ), mereka berpengang pada aturan menurut cara-cara mereka sendiri (BG. VII.20).



Dengan harapan yang sia-sia, perbuatan yang sia-sia, pengetahuan yang sia-sia dan tanpa kesadaran, mereka mengikuti jalan keliru oleh pengaruh jahat Raksasa dan Setan (Asura)  yang menyesatkannya (BG.IX.12)



Orang yang pindah agama atau meninggalkan Agama Hindu, sama artinya membenci Hyang Widdhi dan mencari Tuhan lain. Dalam agamanya yang baru sering  diajarkan atau mungkin ditemukan ayat-ayat  yang menghujat Weda dan Agama Hindu sebagai agama penyembah berhala, agama politheis, agama kasta dan agamanya kaum pagan dan lain sebagainya sebagai ekpresi kebencian terhadap kitab Weda dan Hyang Widdhi. Sehingga menurut Hyang Widdhi/Brahman kelak Atmanya pantas dicampakkan ke Neraka.



Dalam Bhagawad Gita XVI.19 disebutkan : “ Mereka yang kejam membenci Aku, adalah manusia yang paling hina, yang Aku campakkan tak henti-hentinya penjahat itu ke dalam kandungan Raksasa.



Karena meninggalkan Agama Hindu berarti tidak bisa lagi membayar 3 macam hutang (tri Rna), karena tidak lagi mengakui adanya Tri Rna. Sering kita melihat orang yang sudah pindah agama disaat orang tuanya meninggal dia datang memakai pakaian adat, dia kelihatan berdoa seperti orang Hindu, padahal dia sudah tidak lagi beragama Hindu (mungkin doanya sudah pake bahasa agama  lain). Keluarga mereka menerima seolah-olah biasa-biasa saja tanpa beban, demikian juga masyarakat tidak peduli.



Dalam Manawa Dharmasastra VI.35 disebutkan :’ Kalau ia telah membayar 3 macam hutangnya         (Hutang kepada Hyang Weddhi, Hutang kepada leluhur dan hutang kepada orang Tua) hendaknya ia menunjukkan pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir tanpa menyelesaikan ke tiga macam hutangnya akan tenggelam ke bawah.



Dalam Bhagawad Gita III.35 disebutkan :’ Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain.



Sejak dalam kandungan kita telah beragama Hindu. Nenek moyang kita juga beragama Hindu. Bahkan seluruh umat manusia pada awalnya beragama Hindu seperti disebut dalam bhagawad Gita berikut :



Sribhagawan uwaca

Imam wiwaswaite yogam, proktawan aham awyayam, wiwaswan manawe praha, manur ikswakawe’ brawit. Ewam paramparapraptam, imam rajarsayo widuh, sa kalena ‘ha mahata, yogo nastah parantapa. Sa ewa ‘yam maya te’dya, yogah proktah puratanah, bhakto ‘si me sakha cati, rahasyam hy etad uttamam (BG.1-3)



Artinya;

Sri Bhagawan bersabda

Ajaran abadi ini (weda) Aku turunkan kepada WIWASWAN, wiwaswan mengajarkan kepada MANU dan Manu menerangkan kepada IKSWAKU. Demikian diteruskan turun temurun, para Raja resi mengetahuinya, ajaran ini lenyap di dunia bersamaan dengan berlalunya masa yang amat panjang. Yoga yang tua itu pulalah (weda) yang kuajarkan kepadamu sekarang sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku, sesungguhnya ini sangat rahasia.



MANU (yang menerima ajaran kitab Weda pertama kali) adalah leluhur umat manusia sehingga seluruh keturunannya disebut MANUSIA. Kitab Weda yang diajarkan kepada beliau-beliau inilah yang kembali diajarkan kepada Umat manusia saat ini.



YAKIN BAHWA WEDA BERASAL DARI HYANG WIDDHI, PERINTAH-PERINTAHNYA MERUPAKAN PETUNJUK JALAN BAGI UMAT MANUSIA.



Kitab suci agama Hindu berasal dari Hyang Widdhi/Tuhan Yang Maha Esa,  Seperti dikatakan sendiri oleh beliau dalam Bagawad Gita. XV.15 berikut :”  Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham/ Akulah pencipta weda dan Aku yang mengetahui isi weda. Kitab Weda disebut juga  sastrawiddhi atau sastra brahman karena berasal dari Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan YME.



Mereka yang mencela dan menyimpangkan kitab Weda, dan tidak mengikuti ajaran Weda adalah orang-orang bodoh  yang tidak tahu jalan kebenaran dan kehilangan kesempatan untuk mengetahui kebenaran abadi (BG.III.32)



Sedangkan mereka yang selalu mengikuti ajaran Weda dan selalu melaksanakan perintah-perintah kitab Weda dengan penuh keyakinan dan bebas dari kepentingan duniawi akan dibebaskan dari perputaran karma (dibebaskan dari Hukum Karma dan Reinkarnasi) seperti sabda Sri Krisna dalam Bagawad Gita.III.31 berikut :



Ye me matam idam nityam anustisthanti manawah, sraddhawanto ‘nasuyanto mucyante te’pi karmabhih.



Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan dan bebas dari keterikatan duniawi, mereka juga akan dibebaskan dari belengu karma. (bebas dari kelahiran kembali/Reinkarnasi).



Ananyas cintayanto mam, ye janah paryupasate, tesam nityabhiyuktanam, yogaksemam wahamy aham.(BG.IX.22)



Mereka yang selalu menuja-Ku, merenungkan Aku selalu, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan akan Ku lindungi segala apa yang mereka telah miliki.



RINGKASAN

1.    Pindah agama terjadi karena kurangnya pemahaman orang tua/umat Hindu terhadap kitab suci Weda/Agama Hindu

2.   Pindah agama terjadi karena pemahaman yang keliru atau sengaja dikelirukan oleh kaum adharma

3.   Umat Hindu harus yakin bahwa kitab Weda berasal dari Hyang Widdhi, perintah-perintahnya merupakan tuntunan bagi umat manusia untuk mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi



JALAN KELUAR



            1. Bidang Tatwa agama supaya mendapat porsi yang lebih banyak, karena selama ini bidang Yadnya yang mendominasi

 

              2.  Disetiap acara persembahyangan atau acara keagamaan Hindu seperti panca yadnya lainnya supaya disediakan waktu untuk memberi pencerahan dan dibacakan seloka-seloka atau mantra-mantra Weda yang berkaitan dengan pemahaman Tatwa Agama beserta artinya atau ulasannya.